Makalah
Filsafat
Ekonomi
FILSAFAT
EKONOMI MARXISME
DISUSUN
OLEH
:
KELOMPOK
IX
NAMA : FATIMAH WATI
FAJRI
ARDAWALI
FITRI YANI
ERNI JUWITA
PRODI : PERBANKAN
SYARIAH
SEMESTER-UNIT : IV-A
DOSEN PEMBIMBING :
ADITYA ANANDA, MA
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
TENGKU
DIRUNDENG MEULABOH
TAHUN
AKADEMIK 2015/2016KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah swt, atas segala rahmat dan nikmat nya
sehingga kami dapat membuat sebuah makalah yang berjudul FILSAFAT EKONOMI MARXISME.
Shalawat
beserta salam kita curahkan kepada penghulu kita nabi Muhammad saw, yang telah membawa risalah
ilmiah sehingga manusia berakhlakul karimah dan mempunyai ilmu pengetahuan.
Selanjutnya
dalam menyajikan sebuah makalah ini, kami sebagai penulis telah berusaha sebaik
mungkin, dengan bahasa sederhana dan singkat , agar uraian yang ada pada
makalah ini dapat dipahami, dan kami menyadari bahwa makalah kami ini tidak
sempurna mungkin, karena kami masih banyak kekurangan dan kekeliruan.
Hal
ini yang menjadi sorotan utama dalam penulisan makalah ini, dimana pada bagian
pertama penulis mencoba mendekati bagaimana penjelesan mudharabah dan
musyarakah yang menurut penulis tentunya diharapkan dapat menjadi wahana
berbagai kesadaran penulis dengan pembaca nya. Oleh karenanya penulis sangat
mengharapkan sumbang saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini.
Kelompok IX
BAB
1
PENDAHULUAN
Marxisme
merupakan paham yang berasal dari pandangan Karl Marx. Marxisme adalah paham
yang bertujuan untuk memperjuangkan kaum Proletar untuk melawan kaum Borjuis.
Teori Marxisme yang secara umum dipandang sebagai dasar ideologi komunisme
dicetuskan dan dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engel sejak 150 tahun
yang lalu sebagaimana dalam bukunya .The Manifesto of the Communist Party yang
di terbitkan pada tanggal 21 February 1845 merupakan sebuah manifesto politik
mengenai teori komunis yang menekankan pada perjuangan kelas dan kesejahteraan
ekonomi. Teori marxisme yang dibangun oleh Karl Marx ini sangat dipengaruhi
oleh filsafat dialektika Hegel. Menurut Marx dalam sebuah masyrakat terdapat
dua kelas/kaum yaitu kaum yang memiliki alat produksi (Borjuis) dan kaum yang
tidak memiliki alat produksi (Proletar). Alat produksi yang dimaksudkan disini
adalah segala hal yang dapat menghasilkan sebuah komoditas yang merupakan
barang kebutuhan masyrakat. Karena telah menjadi kebutuhan mau tidak mau
masyarakat akan tetap membelinya. Apabila dilihat dari keadaan kaum Borjuis
sebagai pemilik alat produksi akan memperoleh keuntungan dari proses pembelian
tersebut. Jika dilihat dari keadaan kaum Proletar yang tidak memiliki apa-apa
dan demi memperoleh alat produksi tersebut mereka harus bekerja pada kaum
Borjuis dan pada saat inilah kaum Borjuis memanfaatkan kebutuhan dan kelemahan
dari kaum Proletar untuk menindasnya. Dengan kata lain kaum Borjuis yang
mempunyai Kekuasaan bisa menindas kaum Proletar sesuka hatinya. disinilah peran
dari teori marxisme sebagai paham yang diciptakan oleh Marx untuk membela
dan berpihak pada kaum Proletar dimana teori ini ada karena adanya perlakuan
tidak adil yang dialami oleh kaum Proletar. Marx berusaha mengangkat kaum
Proletar dari penindasan sehingga kaum Proletar bisa menjadi pemilik alat
produksi.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana sejarah aliran marxisme?
2.
Siapa-siapa saja tokoh utama dan pengikut aliran marxisme?
3.
Bagaimana perbedaaan pemikiran marxisme dengan pemikiran yang lain?
1.3 TUJUAN
MASALAH
1.
Untuk
mengetahui sejarah aliran marxisme.
2.
Dapat
mengetahui tokoh utama, pengikut aliran
marxisme.
3.
Untuk mengetahui perbedaan pemikiran marxisme dengan pemikiran yang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Marxisme
Karl Marx dilahirkan di Treves, kota kecil di wilayah Rhineland, Jerman. Ia
adalah keturunan rahib Yahudi dari pihak ayah dan ibunya, namum kemudian
ayahnya yang merupakan pengacara terkenal pindah ke agama Protestan.[1] Marx
menerima pendidikan di Universitas Bonn, Berlin, dan Jena, secara serius Marx
mengkaji mengenai sejarah, ilmu hukum, dan filsafat. Tahun 1836 Marx belajar
ilmu hukum di Bonn, lepas satu semester pindah ke Berlin untuk belajar filsafat
disinilah Marx mendalami filsafat Hegel dan kemudian digunakannya untuk
melakukan kritik terhadap sistem politik di wilayah Jerman. Tahun 1814 di kota
Jena Marx memperoleh gelar Doctor dalam bidang filsafat.[2]
Marx berusaha untuk menjadi staf pengajar di universitas, namun upaya Marx
gagal hal inilah yang mengantarkan Marx beralih pada jurnalisme, posisinya
sebagai staf Rheinische Zeitung, surat kabar demokratis –liberal yang
terbit di Cologne. Tahun 1843 Marx menikah dengan Jenni Von Westphalen, mereka
dikaruniai enam orang anak dan tiga diantaranya meninggal pada usia dini. Marx
setelah menikah pergi ke Paris sehingga ia dapat berhubungan dengan banyak
pemikir sosialis Prancis. Selama tinggal di Paris, Marx bertemu dengan
Friederich Engels, yang merupakan putra pengusaha tekstil Jerman yang kaya,
pada masa selanjutnya Engels ini merupakan teman akrab Marx dan ia banyak
membantu Marx dalam hidupnya, pada saat itu Engels mengelola pabrik di kota
Manchester, melalui Engels inilah Marx menjadi tahu mengenai kondisi buruh dan ekonomi
Inggris.[3] Tidak
lama Marx tinggal di Prancis Marx di usir karena ia menulis di salah satu surat
kabar Paris menyerukan revolusi Jerman, akhirnya Marx pergi ke Brussel dan
membentuk liga komunis yang merupakan organisasi yang berusaha menyatukan orang-orang
yang membentuk mazhab baru sosialisme.
Tahun 1848 terjadi revolusi di Jerman, Marx kembali ke tanah airnya
Rhineland untuk ikut serta dalam gerakan tersebut, namun pada akhirnya gerakan
revolusi Jerman gagal dan Marx terbang ke London untuk menghabiskan
masa hidupnya. Pada tahun 1864 Asosiasi Pekerja Internasional di dirikan
di London , dengan tujuan adalah menjadi lembaga yang mewakili proletariat dari
semua negara, dengan cepat Marx menjadi kekuatan dominan dalam organisasi
baru tersebut.[4]
Marx sangat anti agama, sehingga filsafatnya didasarkan atas metafisika
materialistik. Marx berpendapat agama adalah hasil proyeksi keinginan manusia,
Marx berfikir keinginan yang timbul ditengah-tengah manusia tertentu didapatkan
didalam hubungan kemasyarakatan. Perasaan-perasaan dan gagasan-gagasan
keagamaan adalah hasil suatu bentuk masyarakat tertentu. Jika membicarakan
manuisa tidak boleh membicarakannya sebagai tokoh yang abstrak, yang berada di
luar dunia ini. Manusia berarti manusia, yaitu negara, masyarakat. Negara,
Masyarakat inilah yang kemudian menghasilkan agama.[5] Dalam
hidupnya Marx mengetengahkan prinsip bagaimana hidup, dan membangun masyarakat
dan negara, sehingga Ia harus mengalami pembuangan diluar negeri dengan
demikian Ia menjalani hidup yang terlunta-lunta diberbagai negara Eropa yaitu
Jerman, Belgia, Prancis, dan Inggris, hingga akhirnya Marx meninggal di Inggris
pada tahun 1883.
2.2 Aliran – aliran Marxisme
·
MATERIALISME
Marx
terkenal dengan konsep materialisme sejarah (historical materialism) dan
materialisme dialektika (dialectical materialism). Namun sama seperti konsep
materialisme dialektika yang bukan kreasi Marx, konsep materialisme sejarah
juga bukan konsep kreasi Marx, melainkan hasil dari formulasi konseptual
Plekhanov. Plekhanov adalah seorang teeoritisi dan filosof Marxis Soviet yang
banyak melakukan pengkajian mendalam tentang marxisme.
Konsep Marx
tentang materialisme sejarah adalah bahwa sejarah manusia sejak jaman primitif
dibentuk oleh faktor-faktor kebendaan. Awal sejarah manusia dimulai dengan
adanya pemilikan pribadi yang kemudian menimbulkan pertarungan memperebutkan
materi atau kekayaan ekonomi. Materi atau bendalah yang menjadi faktor
konstitutif proses sosial politik historis kemanusiaan. Marx menyangkal argumen
Hegel dan Marx Weber yang melihat faktor non-bendawi, roh (spirit) dan gagasan
(idea) berpengaruh dan menentukan sejarah.
Memahami
konsep materialisme sejarah Marx tidak bisa dipisahkan dengan dialektika dan
materialisme. Dalam merumuskan gagasannya tentang dialektika, Marx memperoleh
inspirasi dari gurunya, Hegel. Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa substansi
dialektika Marx tidak lain merupakan penjungkirbalikan saja dari dialektika
Hegel.
Bagaimana
dengan gagasan dialektika Hegel itu?. Hegel berpendapat bahwa dialektika
merupakan proses antagonisme tesis versus antitesis yang kemudian menghasilkan
sintesis. Dari sintesis ini akan timbul tesis dan antitesis yang baru. Demikian
seterusnya proses ini akan berlangsung. Proses dialektis Hegel terjadi dalam dunia
gagasan atau jiwa. Hegel percaya dengan adanya ‘jiwa’ -suatu entitas mistis-
yang menjadi penyebab berkembangnya sejarah manusia melalui proses dialektika.
Proses dialektika ini akan berhenti bila sudah tercapai ide mutlak. Bagi
Engels, sahabat Marx, dialektika adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum-hukum
gerak dan perkembangan alam, masyarakat manusia dan pemikirannya.
Marx tidak
mengakui adanya persamaan dialektikannya dengan dialektika Hegel secara
keseluruhan. Ini sangat membingungkan, karena sesuai dengan penjelasan diatas
mengenai substansial dialektika, sebagai antagonisme tesis versus antitesis,
tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Untuk
memahami materialisme sejarah, kita perlu memahami faham materialisme Marx.
Materialisme adalah faham serba benda. Marx meyakini bahwa tahap-tahap
perkembangan sejarah ditentukan atau dipengaruhi oleh keberadaan material.
Bentuk dan kekuatan produksi material tidak saja menentukan proses perkembangan
dan hubungan-hubungan sosial manusia, serta formasi politik tetapi juga
pembagian kelas-kelas sosial. Dalam Powerty of Philosophy, Marx, berpendapat
bahwa hubungan-hubungan sosial sangat erat kaitannya dengan kekuatan-kekuatan
produksi dan dalam menciptakan kekuatan produksi baru manusia akan mengubah
bentuk-bentuk atau cara produksi mereka. Jadi, materi baik dalam bentuk modal
kekuatan-kekuatan maupun alat-alat produksi merupakan basis sedangkan kehidupan
sosial, politik, agama, seni dan negara -dengan segala dinamika dan
perkembangannya- merupakan suprastruktur.
Faham
materialisme Marx ini kemudian menjadi menjadi dasar intelektual konsep
determinasi ekonomi dalam sejarah dan menjadi dasar klasifikasi sejarah
peradaban Eropa ke dalam empat periode, yaitu : komunisme primitif, perbudakan,
feodalisme, kapitalisme. Periode sejarah yang terakhir, kapitalisme, merupakan
masa transisi ke zaman yang mengarah terbentuknya dictator proletar.
Beberapa
premis teoritis yang merupakan inti dari pemikiran materialisme sejarah adalah
pertama, sebab-sebab terjadinya perubahan dan proses sejarah harus dilacak
dalam bentuk-bentuk dan cara produksi ekonomi masyarakat dan bukan dalam bentuk
gagasan atau filsafat. Bukanlah cara berpikir manusia yang menentukan perubahan
sosial dan sejarah, melainkan bagaimana hubungan-hubungan produksi materialnya.
Menurut Marx, keberadaan sosial seseorang menentukan kesadaran sosialnya.
Kedua, setiap masyarakat selalu dicirikan oleh adanya basis dan suprastruktur.
Basis menentukan suprastruktur, bukan sebaliknya. Ketiga, perubahan disebabkan
oleh adanya antagonisme, kontradiksi kelas sosial atau proses dialektis antara
kekuatan-kekuatan dan hubungan-hubungan produksi. Keempat, masyarakat kapitalis
melahirkan kondisi-kondisi material yang pada akhirnya menghancurkan masyarakat
tersebut. Karena dalam masyarakat kapitalis menurut Marx, selalu berlangsung
kontradiksi internal, yaitu pertarungan atau konflik tak pernah henti antara
kekuatan-kekuatan sosial yang ada di dalam masyarakat kapitalis itu sendiri.
Kelima, kontradiksi antara kekuatan-kekuatan dan hubungan-hubungan produksi
termanifestasi dalam bentuk konflik kelas. Konflik kelas ini berlangsung dalam
bentuk semua sejarah manusia.
Dalam
Manifesto of The Communist Party, Marx mengatakan bahwa sejarah seluruh
masyarakat yang ada (sejak dahulu sampai sekarang) tidak lain adalah sejarah
perjuangan kelas.
Dalam
masyarakat kapitalis, kelas yang selalu berseteru itu adalah kelas
borjuis-kapitalis dan kelas proletar. Kelas borjuis-kapitalis dicirikan oleh
kekuasaannya yang dominan terhadap negara, cara dan alat produksi dan kapitalis
sedangkan kelas proletar dicirikan tidak memiliki apa-apa kecuali tenaga kerja.
·
Sosialisme
Konsep sosialisme Marx berasal dari konsepnya tentang manusia. Menurut
konsep tentang manusia ini, sosialisme bukan sebuah masyarakat yang tersusun
atas individu-individu yang diatur dan otomatis yang mengabaikan apakah mereka
memiliki pendapatan yang cukup atau tidak, dan yang mengabaikan apakah pangan
dan sandang mereka tercukupi dengan baik atau tidak. Sosialisme bukanlah sebuah
masyarakat di mana individu tersubordinasikan oleh negara, mesin dan birokrasi.
Tujuan sosialisme adalah manusia. Sosialisme harus menciptakan sebuah bentuk
produksi dan organisasi masyarakat di mana manusia dapat mengatasi alienasi
dari produknya, dari kerjanya, dari sesamanya, dari dirinya sendiri dan dari
alam; di mana dia dapat kembali menjadi dirinya sendiri dan menguasai dunia.
Dalam konsep sosialisme
Marx, individu berpartisipasi secara aktif dalam perencanaan dan
pelaksanaannya, pendeknya, merupakan pewujudan demokrasi politik dan
industrial. Sosialisme, bagi Marx, adalah sebuah masyarakat yang memberi ruang
bagi aktualsasi esensi manusia, dengan cara mengatasi alienasinya. Sosialisme
tidak kurang dari menciptakan kondisi-kondisi untuk mencapai manusia yang
benar-benar bebas, rasional, katif dan independen. Bagi Marx, tujuan sosialisme
adalah kebebasan, tetapi kebebasan yang maknanya jauh lebih radikal daripada
yang dipahami oleh demokrasi yang hidup pada saat itu, yakni dalam pengertian
independen yang didasarkan pada kedirian manusia yang berpijak pada kakinya
sendiri, yang menggunakan kekuasaannnsya sendiri dan menghubungkan dirinya
dengan dunia secara produktif.[6]
Dalam konsep sosialisme, meliputi bidang – bidang :
·
Bidang politik
Masyarakat dan Negara.
Negara menurut Marx sebagai alat belaka dari kelas penguasa (berpunya) untuk
menindas kelas yang dikuasai (yang tidak berpunya). Negara dan pemerintahan
identik dengan kelas penguasa, artinya dengan kelas berpunya dalam sejarah
berturut dikenal kelas pemilik budak, kelas bangsawan (tuan tanah), kelas
borjuis. Ini berkaitan dengan dialektika bahwa perkembangan masyarakat
feodalisme kemasyarakatan borjuis atau kapitalisme dan se-lanjutnya menuju
masyarakat sosialisme yang perubahan itu merupakan kelanjutan yang tidak dapat
dielakkan. Untuk menuju masyarakat komunis, tidak dengan berdiam diri,
melainkan harus berjuang bukan menanti dialektika sejarah itu.[7]
·
Bidang ekonomi
Adanya
kelas-kelas sosial yang membedakan diri satu sama lain berdasarkan kedudukan
dan fungsi masing-masing dalam proses produksi. Pemisahan antara para pemilik
dan pekerja yaitu masyarakat Borjuis dan masyarakat Proletar. Masyarakat
Borjuis adalah mereka yang menguasai negara, cara dan alat-alat produksi serta
kapital. Masyarakat Proletar adalah masyarakat kelas buruh, petani, usahawan
kecil, mereka yang tidak punya apa-apa selain tenaga kerja. Masyarakat proletar
berusaha untuk melawan kelas Borjuis dengan cara menghilangkan kelas. Dan hal
ini sering disebut sebagai pemikiran utopis para pengikut Marxis. Pergesekan
kelas ini membuat para kaum Proletar tergerak untuk meniadakan kelas-kelas
tersebut. Tetapi malah menimbulkan konflik yang berkepanjangan sehingga
melibatkan pengikut-pengikutnya untuk selalu mengobarkan permusuhan.
2.3 Tokoh utama aliran Marxisme
1.
Karl henrich
marx
Pemikiran Marx tentang ide-ide sosialis, perjuangan masyarakat kelas
bawah, terutama disebabkan karena ia lahir di tengah pertumbuhan industri yang
berbasis kapitalis. Perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan buruh dengan jam
kerja yang sangat panjang setiap hari , yang sifatnya paten dan dengan upah
yang sangat minim. Upah yang sangat minim yang diperoleh para buruh, bahkan
hanya cukup membiayai makan sehari. Marx melihat kelas sosial yang tercipta
berdasarkan hubungan kerja yang terbangun antara para pemilik modal dan buruh
sangat bertentangan dengan prinsip keadilan.
Mengembalikan kesadaran manusia untuk memaknai
hidupnya adalah inti dari pemikiran Marx. Sistem kapitalisme telah membawa alam
kesadaran para buruh pada kondisi keterasingan (alienasi). Menurut Marx ada
empat aspek utama yang membuat kita teralienasikan dari kerja kita di bawah
kapitalisme, yakni:
1.
Alienasi dari produk terlihat dari pola pekerja
yang memproduksi sebuah objek namun tidak berkuasa untuk menggunakan atau
memiliki obyek tersebut.
2.
Alienasi dari aktivitas produksi
3.
Alienasi dari esensi-spesies
4.
Bekerja dengan jam kerja yang panjang, para buruh
sangat susah memperoleh waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, bahkan
terkadang waktu untuk keluarga pun tereduksi oleh pekerjaan.
2. Mao Zedong
(1976)
Mao banyak berpikir tentang materialisme
dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam
praktek. Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah konflik. Menurutnya:
“Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses perkembangan
semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir”. Mao jadi
berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata
lain bersifat abadi.
Konsep Mao kedua yang penting adalah konsepnya
mengenai pengetahuan yang juga ia ambil dari paham Marxisme. Mao berpendapat
bahwa pengetahuan merupakan lanjutan dari pengalaman di alam fisik dan bahwa
pengalaman itu sama dengan keterlibatan.Mao membedakan dua jenis konflik;
konflik antagonis dan konflik non-antagonis.
2.4 Perbedaan
pemikiran marx dengan pemikiran lain
Pemikiran hagel
yaitu pengetahuan absolut yang membedakan filsafat hegel dengan filsafat yang lain yaitu cara berpikir dimna
pengetahuan absolut dalam bentuk simbolis sedangka filsafat itu dalam bentuk
keyataan.
Kemudian di krtik oleh marx pemikiran marx mengandung arti bahwa
segala ketidakadilan dan penderitaan itu dalam teori pengetahuan absolut hegel
adalah hal yang rumlah dan di maafkan.
Kemudian marx menyatakan filsafat hegel ini belom absolut karena
absulutannya hanya lah dalm teori sedangkan realitas sosial- politik masih
belum tersentuh filsafat. Kemudian sebelumnya hegel memahami sejarah sebagai
gerak ke arah rasionalitas dan kebebasan yang semakin besar.
1.
Pemikiran tentang teori ekonomi
Marx menjelaskan bahwa ekonomi adalah faktor yang paling penting di
dalam masyarakat apapun. Marx juga menjelaskan para kapitalis mengeksplointasi
para pekerja industri yang terdiri dari infatruktur dan suprastruktur.
2.
Tentang teori materialisme sejarah
Materialisme
adalah paham serba benda. Jadi materi baik dalam bentuk modal kekuatan-kekuatan
maupun alat produksi merupakan basis yang menentukan kehidupan sosial politik
filsafat dan agama, bukanlah cara berpikir manusia yang menentukan perubahan
sosial dan sejarah melainkan bagaimana hubungan-hubungan produksi materialnya.
3.
Tiori revolusi
Marx
menyakini bahwa kaum proletar memiliki kesadaran tinggi untuk melakukan
refolusi. Sebuah perubahan sistem sosial hanya dapat tercapai melalui
kekerasan, yaitu revolusi. Menurut marx sebuah teori filsafat harus menjadi
praktis yang mampu mendorong adanya perubahan sosial.
Komentar
Posting Komentar